Menurut catatan Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) 40,06 persen karang di Indonesia Bagian Timur dalam kondisi rusak berat. Karang di daerah ini mengalami ancaman degradasi yang tinggi. Lokasi ini kini dipilih sebagai tempat Pencanangan Gerakan Merehabilitasi Semilyar Karang (GMSK) yang dilaksanakan di Pantai Malalayang, Manado, Sabtu (24/11/2012). Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) Agung Laksono yang hadir pada kegiatan tersebut mengatakan, kerusakan terumbu karang disebabkan oleh dua faktor utama. Faktor pertama karena pengaruh pemanasan global serta perilaku manusia.
"Yang paling fatal adalah perilaku manusia yang telah memberikan kontribusi kerusakan lewat pencemaran laut, penangkapan ikan dengan alat peledak serta racun, serta pengambilan karang secara ilegal," kata Agung Laksono di hadapan Gubernur Sulut, SH Sarundajang dan ratusan undangan lainnya.
Menurut Agung, GMSK akan mendorong seluruh komponen masyarakat secara nasional untuk kembali merabilitasi dan restorasi terumbu karang yang sudah rusak. Terumbu karang merupakan sumber mata pencarian utama bagi ribuan nelayan di Indonesia yang memiliki ekosistim terumbu karang terbesar di dunia.
Sementara itu Gubernur Sulut, SH Sarundajang mengatakan peningkatan jumlah penduduk dan kesejahteraan rakyat membuat kegiatan eksploitasi sumber daya alam sering tak terkendali. "Kita semua terpanggil untuk mencegah upaya desktruktif tersebut melalui kegiatan ini dengan semakin memantapkan komitmen kita untuk menyelamatkan karang untuk pembangunan yang berkelanjutan demi kesejahteraan rakyat," ujar Sarundajang.
Sehari sebelumnya, Jumat (23/11/2012) Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya menjadi keynote speaker dalam Seminar Nasional Merahabilitasi Terumbu Karang untuk Pembangunan Berkelanjutan yang digelar di Hotel Sintesa Peninsula. Di samping itu juga digelar berbagai kegiatan seperti sapu laut, bhakti sosial dan pameran foto serta penanaman karang.
SUmber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar