تِلْكَ ءَايَاتُ اللهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ {252}
“Itu adalah ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus.” (QS. Al-Baqarah : 252)
Tafsir Ayat : 252
Maka tatkala Allah Ta’ala menjelaskan kisah (Thalut) tersebut maka Allah berfirman kepada rasulNya Muhammad shlallahu ‘alaihi wasallam, { تِلْكَ ءَ ايَاتُ اللهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ } "Itu adalah ayat-ayat dari Allah, Kami bacakan
kepadamu dengan haq (benar) dan sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus" dan di antara sederet tanda-tanda kerasulan beliau adalah adanya kisah ini di mana Allah mengabarkan kepadanya tentang kisah ini sebagai wahyu untuknya dari Allah yang sesuai dengan kenyataannya.
Pelajaran Penting dari Ayat
* Penetapan ayat-ayat Allah Ta’ala asy-syar’iyyah; karena yang dimaksud dalam ayat tersebut dengan kalimat “Aayaatullah” adalah ayat-ayat syar’iyyah yaitu al-Qur’an.
* Bahwa Allah ‘Azza wa Jalla membacakan kepada nabi-Nya apa yang Dia wahyukan kepadanya, sesuai dengan ayat, “Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar)..”, akan tetapi apakah yang membacakan tersebut adalah Allah Ta’ala langsung ataukah malaikat Jibril ‘alaihis salam ?, maka (jawabannya) bacalah firman Allah Ta’ala dalam surat al-Qiyamah :
لاَتُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ {16} إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْءَانَهُ {17} فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْءَانَهُ {18}
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.” (QS. Al-Qiyamah : 16-18); yaitu apabila malaikat Jibril membacanya maka ia mengikuti bacaannya; maka Jibril ‘alaihis salam yang membacakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang mana ia telah bertalaqqi (mendengar dan mengambil bacaan) al-qur’an tersebut dari Allah subhanahu wata’ala.
* Bahwa sungguh al-Qur’an itu seluruhnya adalah haq (benar) dari Allah, dan diturunkan dengan membawa kebenaran (karena huruf jar –baa’- pada ayat ‘bilhaq’) adalah bermakna lilmushohabah (untuk penyertaan); al-qur’an juga turun dari sisi Allah dengan haq (benar); dan ia juga mengandung kebenaran, yang tidak ada didalamnya khobar (berita-berita) yang dusta, tidak pula terdapat kezhaliman di dalam hukum-hukumnya, bahkan hukum-hukum yang ada seluruhnya adalah adil, dan berita-beritanya semuanya benar.
* Penetapan tentang risalah kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, berdasarkan, ayat, “dan sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus.”
* Bahwa disana terdapat rasul-rasul yang lain selain rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana ayat di atas, “di antara nabi-nabi yang diutus.”; akan tetapi beliau nabiyullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebagai penutup para nabi, yang tidak ada nabi setelahnya.
Pelajaran dari Kisah Thalut Secara Umum (dari ayat 246-252)
Dalam cerita ini banyak sekali pelajaran yang dapat diambil oleh umat ini;
* Di antaranya; keutamaan berjihad di jalan Allah, manfaat-manfaatnya dan akibat-akibatnya yang indah, dan bahwa jihad itu adalah satu-satunya sebab dalam memelihara agama, menjaga negeri, tubuh dan harta, dan bahwasanya para mujahidin walaupun urusan itu sangat berat buat mereka akan tetapi hasil yang akan mereka dapatkan adalah terpuji, sebagaimana juga bagi orang-orang yang lari walaupun mereka dapat beristirahat sekejap namun mereka akan lelah selamanya.
* Di antaranya; memberikan kekuasaan kepada orang yang siap dan mampu, dan bahwasanya kemampuan itu kembali kepada dua perkara: pertama, pengetahuan, artinya memahami siasat dan taktik peperangan, dan kedua, kekuatan, artinya dengan mengamalkan kebenaran dengannya dan bahwa seorang yang terkumpul padanya kedua perkara itu maka dialah yang paling berhak untuk memimpin daripada selainnya.
* Di antaranya; menjadikan cerita ini sebagai dalil atas apa yang dikatakan oleh para ulama bahwa seyogyanya seorang pemimpin pasukan mengadakan peninjauan ketika menetapkannya, yaitu dia melarang orang yang tidak pantas untuk berperang dari personil tentaranya, kudanya, penunggang-penunggangnya karena kelemahannya, kesabarannya yang sedikit, peremehannya, takut akan kematian dengan bersamanya, karena bagian yang ini adalah bahaya yang jelas bagi manusia.
* Di antaranya; bahwasanya ketika terjadi suatu peperangan, seyogyanya ada pengobaran semangat kaum muslimin, penguatan jiwa mereka dan anjuran kepada mereka untuk menguatkan keimanan, bertawakal penuh dan bersandar hanya kepadaNya, serta memohon kepadaNya ketetapan hati, bimbingan kepada kesabaran dan pembelaan atas musuh.
* Di antaranya, bahwasanya tekad untuk berperang dan berjihad tidaklah merupakan hakikatnya, karena terkadang seseorang itu bertekad untuk berjihad akan tetapi ketika telah tiba masanya, tekadnya melemah, oleh karena itu di antara doa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي اْلأَمْرِ وَاْلعَزِيْمَةَ عَلَى الرُّشْدِ
"Aku memohon kepadaMu ketetapan dalam agama dan kebulatan tekad dalam petunjuk" ,
Mereka itulah yang bertekad untuk berjihad dan mereka berkata dengan perkataan yang menunjukkan atas sebuah ketekadan yang kuat, dan ketika hadir masanya, sebagian besar dari mereka akhirnya lemah kembali, hal ini serupa dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
وَأَسْأَلُكَ الرِّضَا بَعْدَ الْقَضَاءِ
"Dan saya memohon kepadaMu keridhaan setelah terjadinya qadha' (ketetapan)" ,
Karena kerelaan setelah terjadinya suatu ketetapan Allah yang dibenci oleh jiwa merupakan keridhaan yang hakiki. Wallahu a'lam
Dikumpulkan dan diposting oleh : Abu Thalhah Andri Abdul Halim
Sumber:
1. Taisir al-Karim ar-Rahman (tafsir as-Sa’di)
2. Tafsir al-Quran al-Karim oleh Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, Dar Ibnul Jauzi.
sumber:alsofwah
Pelajaran Penting dari Ayat
* Penetapan ayat-ayat Allah Ta’ala asy-syar’iyyah; karena yang dimaksud dalam ayat tersebut dengan kalimat “Aayaatullah” adalah ayat-ayat syar’iyyah yaitu al-Qur’an.
* Bahwa Allah ‘Azza wa Jalla membacakan kepada nabi-Nya apa yang Dia wahyukan kepadanya, sesuai dengan ayat, “Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar)..”, akan tetapi apakah yang membacakan tersebut adalah Allah Ta’ala langsung ataukah malaikat Jibril ‘alaihis salam ?, maka (jawabannya) bacalah firman Allah Ta’ala dalam surat al-Qiyamah :
لاَتُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ {16} إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْءَانَهُ {17} فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْءَانَهُ {18}
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.” (QS. Al-Qiyamah : 16-18); yaitu apabila malaikat Jibril membacanya maka ia mengikuti bacaannya; maka Jibril ‘alaihis salam yang membacakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang mana ia telah bertalaqqi (mendengar dan mengambil bacaan) al-qur’an tersebut dari Allah subhanahu wata’ala.
* Bahwa sungguh al-Qur’an itu seluruhnya adalah haq (benar) dari Allah, dan diturunkan dengan membawa kebenaran (karena huruf jar –baa’- pada ayat ‘bilhaq’) adalah bermakna lilmushohabah (untuk penyertaan); al-qur’an juga turun dari sisi Allah dengan haq (benar); dan ia juga mengandung kebenaran, yang tidak ada didalamnya khobar (berita-berita) yang dusta, tidak pula terdapat kezhaliman di dalam hukum-hukumnya, bahkan hukum-hukum yang ada seluruhnya adalah adil, dan berita-beritanya semuanya benar.
* Penetapan tentang risalah kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, berdasarkan, ayat, “dan sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus.”
* Bahwa disana terdapat rasul-rasul yang lain selain rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana ayat di atas, “di antara nabi-nabi yang diutus.”; akan tetapi beliau nabiyullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebagai penutup para nabi, yang tidak ada nabi setelahnya.
Pelajaran dari Kisah Thalut Secara Umum (dari ayat 246-252)
Dalam cerita ini banyak sekali pelajaran yang dapat diambil oleh umat ini;
* Di antaranya; keutamaan berjihad di jalan Allah, manfaat-manfaatnya dan akibat-akibatnya yang indah, dan bahwa jihad itu adalah satu-satunya sebab dalam memelihara agama, menjaga negeri, tubuh dan harta, dan bahwasanya para mujahidin walaupun urusan itu sangat berat buat mereka akan tetapi hasil yang akan mereka dapatkan adalah terpuji, sebagaimana juga bagi orang-orang yang lari walaupun mereka dapat beristirahat sekejap namun mereka akan lelah selamanya.
* Di antaranya; memberikan kekuasaan kepada orang yang siap dan mampu, dan bahwasanya kemampuan itu kembali kepada dua perkara: pertama, pengetahuan, artinya memahami siasat dan taktik peperangan, dan kedua, kekuatan, artinya dengan mengamalkan kebenaran dengannya dan bahwa seorang yang terkumpul padanya kedua perkara itu maka dialah yang paling berhak untuk memimpin daripada selainnya.
* Di antaranya; menjadikan cerita ini sebagai dalil atas apa yang dikatakan oleh para ulama bahwa seyogyanya seorang pemimpin pasukan mengadakan peninjauan ketika menetapkannya, yaitu dia melarang orang yang tidak pantas untuk berperang dari personil tentaranya, kudanya, penunggang-penunggangnya karena kelemahannya, kesabarannya yang sedikit, peremehannya, takut akan kematian dengan bersamanya, karena bagian yang ini adalah bahaya yang jelas bagi manusia.
* Di antaranya; bahwasanya ketika terjadi suatu peperangan, seyogyanya ada pengobaran semangat kaum muslimin, penguatan jiwa mereka dan anjuran kepada mereka untuk menguatkan keimanan, bertawakal penuh dan bersandar hanya kepadaNya, serta memohon kepadaNya ketetapan hati, bimbingan kepada kesabaran dan pembelaan atas musuh.
* Di antaranya, bahwasanya tekad untuk berperang dan berjihad tidaklah merupakan hakikatnya, karena terkadang seseorang itu bertekad untuk berjihad akan tetapi ketika telah tiba masanya, tekadnya melemah, oleh karena itu di antara doa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي اْلأَمْرِ وَاْلعَزِيْمَةَ عَلَى الرُّشْدِ
"Aku memohon kepadaMu ketetapan dalam agama dan kebulatan tekad dalam petunjuk" ,
Mereka itulah yang bertekad untuk berjihad dan mereka berkata dengan perkataan yang menunjukkan atas sebuah ketekadan yang kuat, dan ketika hadir masanya, sebagian besar dari mereka akhirnya lemah kembali, hal ini serupa dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
وَأَسْأَلُكَ الرِّضَا بَعْدَ الْقَضَاءِ
"Dan saya memohon kepadaMu keridhaan setelah terjadinya qadha' (ketetapan)" ,
Karena kerelaan setelah terjadinya suatu ketetapan Allah yang dibenci oleh jiwa merupakan keridhaan yang hakiki. Wallahu a'lam
Dikumpulkan dan diposting oleh : Abu Thalhah Andri Abdul Halim
Sumber:
1. Taisir al-Karim ar-Rahman (tafsir as-Sa’di)
2. Tafsir al-Quran al-Karim oleh Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, Dar Ibnul Jauzi.
sumber:alsofwah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar